Kamis, 12 September 2013
Pukul 13.30 WIB
FEB UGM Ruang
U214
Kuliah hari
pertama Perekonomian Indonesia bersama Bapak Tony Prasetiantono, Dosen FEB UGM
dan Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM.
Materi :
EKUILIBRIUM
BARU : RUPIAH DAN SUKU BUNGA
Hal pertama
yang beliau singgung adalah mengenai melemahnya rupiah. Mengapa bisa terjadi? Menurut
beliau, ada beberapa sebab yang melatarbelakangi. Berikut penjelasannya...
Faktor
eksternal :
1. Kebijakan Chairman The Fed, Ben S. Bernanke :
Bernanke melakukan kebijakan pengurangan Quantitative Easing. Quantitative Easing (QE) adalah suatu
kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral suatu negara guna
meningkatkan jumlah uang beredar di pasar. The Fed pernah melakukan QE pada
tahun 2009 ketika ekonomi Amerika sedang mengalami ketidakstabilan/goyah. Pada saat itu diketahui bahwa angka
pengangguran AS sebesar 10%.
Ketika ekonomi goyah, investor menyelamatkan diri dengan cara menjual
surat berharga sebelum situasi semakin buruk. Salah satu surat berharga yang
dijual adalah obligasi pemerintah. Sesuai dengan hukum permintaan, apabila
permintaan suatu barang menurun, maka harga pasar barang tersebut menurun.
Untuk menjaga agart harga pasar tidak jatuh maka pemerintah AS menciptakan demand terhadap obligasi pemerintah.
Jumlah dolar yang dikeluarkan guna membeli kembali obligasi pemerintah tersebut
mencapai sebesar $85 billion.
Penjelasan ringkasnya dengan rumus Irving Fisher :
M x V = P x T
Keterangan :
M : Money (jumlah uang yang
beredar)
V : Velocity (kecepatan
peredaran uang)
P : Price (harga barang)
T : trade (laju perdagangan)
Apabila kondisi di pasar kecepatan peredaran uang tetap, laju perdagangan tetap, dan harga barang
turun, maka hal yang dilakukan untuk mempertahankan harga agar tidak mengalami
penurunan adalah dengan cara menambah jumlah uang yang beredar. Karena
pemerintah AS banyak menciptakan uang untuk menambah jumlah uang yang beredar,
terjadilah inflasi sehingga nilai USD mengalami depresiasi. Sehingga pada tahun
2011 nilai $1 pernah mencapai pada titik terendah sebesar Rp 8.560,-
Sekarang (pertengahan
tahun 2013), angka pengangguran AS sudah menurun menjadi 7,2%. Bernanke
berpikir sudah saatnya melakukan tempering-off
(pengurangan dolar yang beredar). Rencana ini ternyata didengar dan langsung
direspon oleh pasar. Apabila The Fed mengurangi
jumlah dolar yang beredar, nilai dolar
pun akan menguat dan masyarakat (investor di pasar) mulai membeli kembali surat berharga (obligasi
pemerintah).
Dolar yang menguat
menyebabkan nilai rupiah melemah terhadap dolar. Orang-orang kaya yang
ingin berinvestasi tidak mau menyimpan kekayaan mereka dalam bentuk rupiah dan
merasa lebih aman menyimpan kekayaannya dalam bentuk dolar. Permintaan rupiah
pun menurun, akibatnya nilai rupiah mengalami penurunan yang mengakibatkan
inflasi.
Selain itu masih ada dua alasan lagi yaitu defisit perdagangan dan masalah
utang, akan tetapi pada pukul 15.00 WIB beliau memiliki agenda lain yang
tidak bisa beliau tinggalkan sehingga kelas kami terpaksa diakhiri sebelum jam
kuliah berakhir (huhu sedihnya). Oleh karena itu, kedua alasan tersebut belum
sempat disinggung hingga selesai. Penjelasan selanjutnya menyusul yaaaa :D