Sabtu, 07 Desember 2013

Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
Standar pekerjaan lapangan ketiga :
Bukti audit yang kompeten cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pernyataan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Prosedur audit terdiri atas :
a.       Prosedur untuk memperoleh pemahaman struktur pengendalian internal
b.      Prosedur audit untuk melaksanakan pengujian pengendalian
c.       Prosedur audit untuk melaksanakan pengujian substantif
Metodologi untuk Memenuhi  Standar Pekerjaan Lapangan Kedua dan Ketiga
Metodologi tersebut tergantung pada strategi audit pendahuluan. Strategi audit pendahuluan ada dua :
-          Primarily substantive approach
-          Lower assessed level of control risk approach
Primarily  Substantive approach
Menggunakan asumsi bahwa auditor menganggap efektivitivitas struktur pengendalian intern kurang dapat diandalkan dan salah saji tidak dapat dicegah atau dideteksi oleh struktur pengendalian intern klien.
Metodologi pemeriksaan yang digunakan meliputi :
1.        Menghimpun dan mendokumentasikan pemahaman struktur pengendalian interrn.
(Relatif lebih sedikit / kurang diperlukan).
2.        Menetapkan risiko pengendalian berdasarkan pengujian pengendalian yang dilakukan dalam menghimpun pemahaman pengendalian intern.
(ada dua alternatif : melakukan pengujian pengendalian  dengan menetapkan risiko pengendalian berdasar bukti yang dihimpun dan tidak melakukan pengujian dengan menetapkan risiko pengendalian  maksimum yaitu 100%).
3.        Menentukan kemungkinan dapat tidaknya dilakukan pengurangan lebih terhadap tingkat risiko pengendalian yang telah ditentukan.
(Mempertimbangankan 2 hal : kemungkinan tambahan bukti yang diperoleh dan efisiensi biaya untuk menghimpun tambahan bukti).
4.        Melaksanakan pengujian pengendalian tambahan untuk memperoleh bukti tambahan menegnai efektivitas operasi
(Dengan mengembangkan program audit untuk menspesifikasikan pengendalian yang akan diuji).
5.        Melakukan  revisi atau menetapkan kembali risiko pengendalian berdasar bukti tambahan
(Dapat menetapkan risiko pengendalian pada tingkat moderat/rendah apabila harapan auditor terpenuhi).
6.        Melakukan dokumentasi atas penetapan risiko pengendalian
(Didokumentasikan pada kertas kerja).
7.        Melakukan penilaian terhadap kemampuan tingkat risiko pengendalian tingkat risiko pengendalian yang telah ditetapkan tersebut, untuk mendukung tingkat pengujian substantif yang direncanakan auditor.
8.        Merancang pengujian substantif.
(Dengan mempertimbangkan : sifat/jenis pengujian, waktu, dan luas/ lingkup).
Perancangan pengujian substantif meliputi penentuan : sifat pengujian, waktu pengujian, dan luas pengujian substantif. Prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif : pengajuan pertanyaan kepada karyawan berkaitan degan kinerja tugas mereka, pengamatan atau observasi, menginspeksi dokumen dan catatan, melakukan penghitungan kembali, konfirmasi, analisis, tracing, vouching.
Tipe Pengujian Substantif :
1.    Pengujian detail saldo
Meliputi 6 tahapan : menilai materialitas dan risiko bawaan suatu akun, menetapkan risiko pengendalian, merancang pengujian transaksi dan prosedur analitis, merancang pengujian transaksi dan detail prosedur analitis.
2.    Pengujian detail transaksi
Dilakukan untuk menentukan : ketepatan autorisasi transaksi akuntansi klien, kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi tersebut dalam jurnal, kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi ke dalam buku besar dan buku pembantu.
3.    Prosedur analitis
Kegunaan :
Memperoleh pemahaman mengenai bisnis dan industri klien, menilai kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usahanya, mendeteksi ada tidaknya dilakukan pengurangan atas pengajuan audit detail
Auditor tidak perlu melakukan pengujian detail transaksi dan pengujian detail akun apabila :
-          Hasil prosedur analitis sesuai dengan yang diharapkan auditor
-          Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk suatu asersi tinggi.
Faktor yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi yang diharapkan menurut IAI melalui SPAP seksi 329 : sifat asersi, kelayakan dan kemampuan memprediksi suatu hubungan, keandalan data, ketepatan harapan.

Lower Assessed Level of Control Risk Approach
Menggunakan asumsi bahwa auditor menganggap efektivitas struktur pengendalian intern dapat diandalkan. Auditor lebih ekstensif menerapkan pengujian pengendalian, namun auditor tetap harus melakukan pengujian substantif secara terbatas.
Metodologi yang digunakan :
1.      Menghimpun dan mendokumentasikan pemahaman struktur pengendalian intern.
2.      Merencanakan dan melaksanakan pengujian pengendalian
(Dapat dilaksanakan pada dua saat : selama pelaksanaan pekerjaan interim dan bersamaan dengan pelaksanaan prosedur).
3.      Menetapkan risiko pengendalian
9Hanya ditetapkan sekali dan dilakukan setelah memperoleh emahaman mengenai strukur pengendalian intern).
4.      Melakukan dokumentasi atas penetapan risiko pengendalian
(Dokumentasi dalam kertas kerja).
5.      Melakukan penilaian terhadap kemampuan tingkat risiko pengendalian yang telah ditetapkan tersebut, untuk mendukung tingkat pengujian substantif yang direncanakan auditor
6.      Merancang pengujian substantif
7.      Hal yang diperimbangkan ; sifat, waktu, dan luas/lingkup).
Tipe pengujian pengendalian :
-          Current test of control
-          Additional or planned test of control
Prosedur melaksanakan pengujian pengendalian :
1.      Pengajuan pernyataan kepada para karyawan klien
2.      Pengamatan terhadap karyawan klien dalam melaksanakan tugasnya
3.      Melakukan nspeksi terhadap dokumen, catatan, dan laporan memastikan lapran keuangan : lengkap, tepat, ditandatangani.
4.      Mengulang kembali pelaksanaan pengendalian oleh auditor (reperformance).
Penentuan Risiko Pengendalian
-          Mengidentifikasi salah saji potensial yag dapat terjadi untuk asersi tersebut
-          Mengidentifikasi pengendalian yang dapat mencegah atau mendeteksi salah saji.
-          Menghimpun bukti
-          Mengevaluasi bukti
-          Menentukan risiko pengendalian
Dual-Purpose Test
Adalah suatu prosedur pengujian yang sekaligus dimaksudkan untuk melakukan pengujian pengendalian dan substantif dapat dilakukan secara terpisah maupun bersama-sama.


PERSELINGKUHAN:
FENOMENA DAN GAYA HIDUP BARU
Oleh: Heru Marwata dilanjutkan Widya Septiani

Salah satu fenomena menarik yang berkembang belakangan ini adalah perselingkuhan. Perselingkuhan sering dijadikan topik diskusi dan seminar. Media massa pun hampir setiap hari memuat berita atau isu perselingkuhan. “Perselingkuhan telah menjadi fenomena, dan selingkuh sepertinya telah menjadi gaya hidup.“
            Jika ditelusuri sejarahnya, benarkah perselingkuhan merupakan hal baru dalam kehidupan kita? Benarkah selingkuh sekarang telah menjadi gaya hidup? Tulisan ini akan mencoba melacak  sejarah perselingkuhan dengan mengedepankan fakta-fakta yang relevan.
            Menurut Sari Wektu, sejarawan kondang lulusan Ohio University (USA),  “perselingkuhan di Nusantara sebenarnya sudah ada sejak  zaman kerajaan-kerajaan kuno”. “Saat itu sudah banyak orang, khususnya pejabat kerajaan,  yang telah beristri atau bersuami, yang memiliki kekasih gelap.” Sebagaimana yang terjadi sekarang, kekasih gelap itu bisa orang yang masih lajang atau pun yang sudah berkeluarga. Mengapa mereka berselingkuh?
            Ada banyak alasan orang berselingkuh: karena mengalami kebosanan pada pasangan resmi; karena ingin mendapatkan variasi dalam perjalanan percintaan; karena ingin balas dendam setelah ‘ditinggal’ selingkuh oleh istri/suami/pasangan; karena alasan finansial; karena ingin mendapatkan keturunan; karena ingin meningkatkan gengsi mengingat pasangan selingkuhnya berstatus sosial tinggi, dst. Anehnya, ada pula yang hanya sekadar iseng dan keterusan.  Hanya saja, apa pun alasannya, ternyata hampir semua perslingkuhan itu mendatangkan masalah. Bahkan, tidak sedikit yang kemudian berakhir dengan perpisahan atau perceraian.

            Dalam diskusi bertema Selingkuh Itu Nikmat  beberapa waktu yang lalu terjadi perdebatan seru antara pemakalah dengan peserta. Peserta diskusi, terutama para mahasiswi dan ibu muda, merasa sangat dilecehkan oleh pernyataan pemakalah. Menurut salah seorang pemakalah, “perselingkuhan lebih banyak terjadi karena pihak wanita (istri) kurang memahami pihak laki-laki (suami)”.
Terlepas  dari  semua  itu,  apa pun  alasannya dan  sudah  berapa pun korbannya, perselingkuhan selayaknya memang dihindari. Di samping secara moral jelas dinilai kurang atau bahkan tidak baik, dari segi agama apa pun juga jelas tidak dibenarkan. “Untuk itu, sudah sepantasnya kalau pelaku perselingkuhan mendapatkan sanksi tegas, baik secara moral maupun secara hukum.”
 Dalam hubungan pacaran sekalipun jika salah satu pasangan tidak menjaga kesetiaannya dapat pula dikatakan berselingkuh. Hal ini marak terjadi dalam lingkup pergaulan ABG labil yang sedang ingin mencoba-coba hal yang bagi mereka merupakan hal yang baru. Beberepa dari mereka beranggapan bahwa memiliki lebih dari satu pasangan merupakan prestasi yang patut dibanggakan. Mereka juga akan merasa bangga jika memiliki mantan lebih banyak dibandingkan teman-temannya. Dalam benaknya, pasangan disamakan dengan barang yang pantas untuk dikoleksi.
Disisi lain tak sedikit juga diantara mereka yang berfikiran dewasa dan menghargai apa arti hubungan dan komitmen.  Namun,  ancaman berselingkuh dapat mengintai siapapun dan dimanapun. Oleh karena itu sikap kehati-hatian sangat diperlukan dalam bergaul dengan lawan jenis yang bukan pasangan kita.  Membina hubungan yang harmonis memang tidak mudah, namun juga tidak sulit asal ada komitmen dari masing-masing pihak. Sebenarnya, fenomena perselingkuhan dapat dihindari.   Saling berbicara dari hati ke hati, meluangkan waktu sebentar untuk mencari jalan keluar setiap ada masalah, saling mengeluarkan unek-unek sangat diperlukan sehingga masing-masing tahu penyebab dari masalah yang terjadi. Tidak melibatkan orang lain dalam masalah yang sedang terjadi dalam hubungan kita dengan pasangan kita juga dapat menghindarkan dari perselingkuhan.
Selain itu, demi menjaga keharmonisan hubungan dengan pasangan, sangat penting  menghindari cinta lama bersemi kembali atau yang akrab disebut “CLBK” yang mengintai sewaktu-waktu. Membina hubungan pertemanan dengan mantan sah-sah saja asalkan masih dalam batas kewajaran.
Namun jika perselingkuhan sudah terlanjur terjadi, dan kita lebih memilih pasangan kita yang sebenarnya, perselingkuhan itu harus cepat-cepat diakhiri sebelum semuanya terlambat. Diperlukan waktu dan tekad yang kuat dalam mengakhiri perselingkuhan. Setelah itu, kita harus mencoba berbicara jujur dengan pasangan kita sebelum dia lebih dahulu mengetahui mulut dari orang lain.

Tugas Semester I Bahasa Indonesia


Pendidikan Karakter untuk Membangun Peradaban Bangsa
Menjadi bangsa yang maju merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Sudah bukan rahasia lagi bahwa maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Melalui pendidikan karakter tentunya, akan tercetak sumber daya manusia yang berkualitas yang akan menentukan nasib maju tidaknya suatu bangsa. Sebagai pendukung utama dalam pembangunan, diperlukan sumber daya manusia yang memadai dan bermutu.
Pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa agar menjadi pribadi  yang handal dan berkualitas. Sedangkan karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang terwujud dalam sikap dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian,  pendidikan karakter merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencetak generasi penerus bangsa dengan menanamkan karakter yang baik, memberikan pandangan mengenai nilai-nilai dalam kehidupan seperti kejujuran, kepedulian, dan lain sebagainya kepada peserta didik agar memiliki kepribadian yang baik pula.
Karakter tidak muncul dengan sendirinya, tidak dapat dibeli dan diwariskan. Oleh karena itu karakter harus dibentuk dan dikembangkan. Pendidikan karakter mutlak diperlukan demi memunculkan karakter individu dalam kehidupan sosial, sekolah, maupun lingkungan rumah. Pendidikan karakter bukan hanya diperuntukkan bagi anak usia dini maupun usia sekolah, tetapi juga usia dewasa. Hal  ini diperlukan untuk mencetak manusia yang memiliki kepribadian yang baik demi membangun peradaban bangsa.
Namun sangat disayangkan bahwa ternyata masih sangat banyak masyarakat kita yang mungkin belum mengenyam pendidikan karakter secara sempurna. Pendidikan karakter yang merekaa dapatkan mungkin hanya sebatas pengenalan-pengenalan dasar dan tidak disertai dengan penerapan secara nyata di dalam kehidupan sosial, sehingga dalam penerapannya tidak sejalan dengan apa yang diharapkan. Hal ini mengakibatkan terjadinya kecurangan-kecurangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
 Coba tengoklah mereka-mereka yang duduk di kursi-kursi penting bangsa ini yang bertugas menggerakan kehidupan bangsa ini. Apakah mereka telah menunjukkan kualitas karakter yang baik?  Sungguh ironi bahwa mereka yang diharapkan dapat membawa bangsa ini menuju ke peradaban yang lebih baik justru malah memiliki kualitas karakter yang buruk yang dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup bangsa ini. Tidak jarang mereka justru terlibat kasus yang disebabkan oleh karakter buruk dari dalam diri mereka. Korupsi, kolusi, dan nepotisme  yang terjadi diantara para petinggi-petinggi bangsa ini mungkin sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Lantas, bagaimana dengan nasib masa depan bangsa ini jika para pemimpinnya saja justru berlaku demikian?
Bukan hal  ini saja masalah kehidupan bangsa yang berkaitan dengan kualitas karakter, sebenarnya masih banyak masalah-masalah yang lain. Namun, masalah ini  yang paling terlihat dengan jelas dalam kehidupan berbangsa karena menyangkut segala aspek kehidupan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup bangsa.
Sangat perlu dilakukan pembenahan karakter terhadap masyarakat kita. Terlebih lagi terhadap mereka yang memiliki peran dan kedudukan penting terhadap kelangsungan hidup bangsa ini. Hal ini belum terlambat untuk dilakukan. Penanaman pendidikan karakter sejak dini juga perlu dilakukan agar kelak mereka yang akan menjadi penerus tongkat estafet bangsa ini dapat dan mampu membawa nasib bangsa menuju ke paradaban yang lebih baik.
Bagaimanapun juga, karakter merupakan kunci keberhasilan baik individu dalam kehidupannya maupun masa depan bangsa. Suatu  penelitian mengindikasikan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang ditentukann oleh karakter yang dimiliki individu tersebut. Semakin ke depan, dunia persaingan akan semakin ketat. Hal ini menuntut individu untuk memiliki karakter yang lebih baik. Mereka yang berkarakterlah yang akan sukses membawa bangsa ini menuju ke peradaban yang lebih baik demi mencapai kemajuan dan mewujudkan cita-cita menjadi bangsa yang maju bebas dari keterbelangkangan. Dan satu hal yang perlu diingat, bahwa setiap individu memiliki potensi untuk menjadi seorang pribadi yang berkarakter dan mengembangkan karakter adalah tanggung jawab pribadi individu.
Widya Septiani
11/315655/EK/18467
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada





Tugas Kelompok
PENGAUDITAN I
Enron Fall
Dosen pengampu:Abdul Halim, Prof. Dr., M.B.A.
Description: Description: D:\UGM\logo Hitam Putih.jpg


Oleh:
Widya Septiani                      (11/315655/EK/18467)
Leni Melita Simamora           (11/315670/EK/18477)
Ayu Putri Saudia                   (11/315691/EK/18492)
Yulyta Trisna P.                    (11/315716/EK/18513)
Yeanet Ardila Agusti            (11/315799/EK/18572)
Nila Wati                               (11/315828/EK/18590)

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
Pendahuluan
Profil Perusahaan Enron
Tahun Berdiri             : 1985
Pendiri                         : Kenneth Lay
Didirikan di                 : Omaha, Nebraska, United States
Sektor Industri                        : Energi
Ditutup                        : November 2004
Alasan Ditutup            : Bangkrut

Overview Kasus
Enron Falls
            Majalah Fortune terbitan bulan April  2001 menyebutkan bahwa Enron menjadi  perusahaan terbesar ke tujuh di Amerika Serikat. Pada tanggal 2 Desember 2001  Enron dinyatakan bangkrut  akibat kecurangan akuntansi terbesar dalam abad ke 20.
            Dua belas ribu karyawan tidak hanya kehilangan pekerjaan, tetapi juga seluruh tunjangan hidup dan pensiunannya yang telah diinvestasikan ke saham Enron. Pemilik saham lainnya, kehilangan sekitar 70 milyar dollar AS ketika nilai saham mereka jatuh sampai menjadi nol. Sherron Watkins, wakil presiden Enron berusaha untuk menyelamatkan Enron dengan memperingatkan rekannya mengenai apa yang sedang terjadi, tetapi kebangkrutan Enron tetap terjadi.
            Enron dibangun tahun 1985 oleh Kenneth Lay, seorang pengamat ekonomi dan  mantan wakil menteri Departemen Interior Amerika Serikat, dengan menggabungkan dua perusahaan gas alam yaitu InterNort (penyaluran gas alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Lay mendapatkan dana untuk mengembangkan perusahaannya dari hutang. Pada tahun 1987 hutang yang dimiliki Enron mencapai 75% dari nilai pasar sahamnya. Tahun 1989, Lay mengangkat Jeffrey Skilling seorang professional muda bergelar MBA lulusan Harvard, sebagai pimpinan di Departemen Keuangan Enron.
            Pemerintah Amerika Serikat baru-baru ini menderegulasi  peraturan tentang penetapan harga dalam bisnis energi. Hal tersebut, mengakibatkan harga gas mulai berfluktuasi dan berisiko bagi penjual maupun pembeli. Produsen berskala kecil, mengalami kesulitan mendapatkan dana untuk eksplorasi dan pengeboran karena pasar yang berisiko membuat investor tidak mau menanamkan modalnya..
            Skilling memberikan gagasannya untuk menjadikan Enron sebagai makelar antara pembeli dan penjual untuk mengurangi resiko akibat deregulasi yang dijalankan pemerintah. Kemudian gagasan tersebut dilakukan dengan melakukan kontrak jangka panjang dengan penjual dengan harga yang pasti. Hal tersebut membuat Enron menjadi bisnis perdagangan energi yang menguntungkan.
            Tahun 1990, Skilling merekrut Andrew Fastow, seorang ahli keuangan untuk membantu menjalankan bisnis perdagangannya. Mereka melaporkan nilai aset dan laba perusahaan yang terlalu tinggi kepada investor.
            Enron menghadapi masalah yang besar, untuk memasuki beberapa pasar yang ia perdagangkan, ia harus meminjam uang yang sangat besar untuk membeli infrastruktur yang dibutuhkan untuk mengangkut, menyimpan dan mengirimkan komoditas yang diperdagangkan. Akibat hutang yang terlalu besar tersebut, pembeli dan penjual enggan untuk menandatangani kontrak karena sangat berisiko untuk mengalami kebangkrutan. Selain itu, tingkat hutang yang terlalu tinggi akan menurunkan kepercayaan investor dan bank dalam meminjamkan uangnya.
            Andrew Fastow menemukan suatu cara untuk menyelesaikan masalah tersebut yaitu berkonsultasi dengan KAP Arthur Andersen. Perusahaan akuntan Arthur Andersen yang mengaudit laporan keuangan Enron sekaligus menjadi konsultan manajemen Enron. Fastow bersama Arthur Andersen menyiapkan sebuah Special Purpose Entities.
            Aturan akuntansi memperbolehkan suatu perusahaan mengeluarkan pencatatan Special Purpose Entities dari laporan keuangannya bila ada pihak independen yang memiliki kendali atas Special Purpose Entities tersebut. Fastow menunjuk dirinya sendiri dan karyawan Enron lainnya untuk menjadi pimpinan di entitas ini. Mereka kemudian menginvestasikan uang mereka di entitas tersebut. Entitas ini kemudian meminjam banyak uang dan menggunakan saham Enron sebagai jaminan. Uang tersebut kemudian digunakan untuk membeli kontrak yang dinilai terlalu tinggi dalam laporan keuangan Enron dan mencatatnya sebagai pendapatan bukan hutang. Selain itu, entitas tersebut mengambil alih hutang Enron yang sangat banyak.
            Karena hutang dan aset yang dibeli Enron oleh Special Purpose Entities tidak harus dilaporkan pada laporan keuangan Enron, maka pemegang saham percaya bahwa hutang yang dimiliki Enron tidak meningkat dan laba yang meningkat setiap tahunnya. Sebagai perusahaan auditor dan akuntan publik, Arthur Andersen memberikan penilaian bahwa laporan keuangan Enron wajar.
            Sherron Watkins yang pada saat itu sebagai wakil presiden di bawah Fastow, mulai curiga dengan praktek akuntansi yang dilakukan Fastow. Sepanjang harga saham Enron cukup tinggi, nilainya akan mencukupi untuk menutupi saldo hutang Special Purpose Entities dan hutang tersebut tetap di luar pembukuan Enron. Tetapi, jika harga saham jatuh, maka akan memicu aturan yang memaksa perusahaan untuk membubarkan Special Purpose Entities dan memasukkan hutang dan aset yang terlalu tinggi pada laporan keuangan Enron.
            Namun, di semester ke dua tahun 2001, saham Enron mulai jatuh dari angka $80 per saham. Karena harga sahamnya jatuh, akuntan Enron berjuang untuk menghimpun hutang dan aset pada Spesial Purpose Entities sehingga dapat menghindari pencatatan tersebut di laporan keuangan perusahaan.
            Di bulan Juli 2001, karena para investor mulai curiga dan harga saham Enron jatuh sampai $ 47 per saham, Skilling tiba-tiba mengundurkan diri dari jabatan presiden dan CEO dengan alasan pribadi.
            Setelah semakin yakin bahwa Enron dalam keadaan mengkhawatirkan, pada tanggal 22 Agustus Sherron Watkins menemui Ken Lay dan Legal Departemen dengan membawa surat yang berisi pelanggaran akuntansi yang berhubungan dengan Special Purpose Entities dan memperingatkan mereka tentang kecurangan yang dilakukan. Namun Lay berpendapat bahwa tidak ada yang salah dengan apa yang telah dilakukannya meskipun Special Purpose Entities harus dibongkar karena harga saham Enron yang terus menurun. Lay mendesak investor untuk terus berinvestasi di Enron dan mengumunkan bahwa saham enron di masa depan “telah menjadi tidak pasti”. Namun Lay dan pimpinannya justru menjual saham-saham yang mereka miliki.
            Tanggal 16 Oktober 2001 Enron mengumumkan bahwa mereka telah mengambil alih hutang dan aset entitas yang memaksanya menanggung 544 juta dolar AS dan mengurangi nilai ekuitas sebesar 1,2 milyar dolar AS. Serron Watkins menghadapi anggota kongres untuk mengungkapkan apa yang ia tahu tentang praktik akuntansi perusahaan pada tanggal 22 Februari 2002.
            Tanggal 22 Oktober, SEC mengumumkan bahwa mereka sedang menyelidiki Special Purpose Entities yang dimiliki Enron. Sehari kemudian Fastow dipecat. Tanggal 8 November 2001, perusahaan mengumumkan bahwa mereka dipaksa untuk menyajikan kembali seluruh laporan keuangannya dari tahun 1997 karena dipaksa untuk menggabungkan entitas tujuan khususnya ke dalam laporan keuangan perusahaan. Penyajian kembali dibuat untuk mengurangi ekuitas pemegang saham sebesar 1,2 milyar dolar AS dan untuk menambah hutang perusahaan sebesar 2,6 milyar dolar AS. Bulan November 2001, harga saham jatuh sampai 1 dolar AS per saham, dan perusahaan jatuh ke dalam kebangkrutan.
            Pada bulan Juni 2001, Arthur Andersen dinyatakan bersalah karena telah menghalangi proses pengadilan. Sebelum itu karyawan-karyawannya sempat berupaya untuk menghancurkan dokumen-dokumen keterlibatan Arthur Andersen dalam skandal Enron ini.



Pembahasan
1.      Apa saja masalah sistemik, korporasi, dan individu yang timbul dalam kasus ini?

•           Masalah Sistemik

a.Pencabutan peraturan mengenai kestabilan harga gas alam
Pada awalnya Pemerintah Amerika Serikat membuat peraturan mengenai kestabilan harga gas alam. Gas alam merupakan faktor penting dalam biaya produksi. Ketika harga gas alam ini stabil, maka harga barang-barang kebutuhan pun menjadi stabil. Kestabilan harga barang-barang kebutuhan membuat resiko usaha suatu perusahaan dapat dikendalikan. Kestabilan harga barang-barang kebutuhan juga membuat para pengusaha cenderung tidak melakukan spekulasi.
Namun, ketika pemerintah Amerika Serikat mencabut peraturan tersebut, maka harga gas alam pun mengalami kenaikan. Kenaikan harga gas alam ini diikuti dengan kenaikan harga barang kebutuhan. Dengan dicabutnya peraturan tersebut, harga gas alam selalu mengalami perubahan. Tergantung pada demand dan supply-nya. Harga yang berfluktuasi ini menjadi sebuah resiko yang besar bagi para pengusaha gas alam. Mereka harus lebih berhati-hati untuk membeli dan menjual gas alam, tidak seperti ketika adanya peraturan mengenai kestabilan harga, dimana mereka tidak melakukan spekulasi karena harganya stabil.
Kondisi yang seperti demikian sangat berpengaruh pada produsen gas alam yang berskala kecil. Mereka hanya memiliki modal kesluitan untuk melakukan kegiatan usahanya. Hal ini dikarenakan mereka kesulitan untuk mencari dana untuk melakukan ekspolasi dan pengeboran karena pasar gas alam mempunyai resiko yang tinggi.

b.             Peraturan Akuntansi
Aturan akuntansi yang berlaku membolehkan sebuah perusahaan untuk mengeluarkan pencatatn entitas tujuan khusus dari laporan keuangannya. Hal ini diperbolehkan jika terdapat pihak independen yang mempunyai control atas entitas tujuan tersebut dan apabila pihak independen tersebut memiliki setidaknya 3% dari seluruh entitas tujuan khusus tersebut. 
Peraturan tersebut kurang tepat, karena seharusnya perusahaan tidak boleh mengeluarkan pencatatan Special Purpose Entities dari laporan keuangannya. Hal tersebut seharusnya dilaporkan dalam laporan keuangan konsilidasi yang dimiliki oleh perusahaan induk. Laporan konsolidasi ini diperlukan agar para pemangku kepentingan dapat menegathui secara jelas kondisi keuangan perusahaan tersebut. Namun dalam kasus Enron ini, hal tersebut tidak dicatat dan tidak dilaporkan dalam laporan keuangan konsilidasi perusahaan induk. Sehingga para pemangku kepentingan mengetahui bahwa perusahaannya dalam keadaan baik, padahal perusahaan tesebut sedang bermasalah.

•           Masalah di Tingkat Korporasi

a.       Hutang tinggi
Hutang yang dimiliki oleh perusahaan ini mencapai 75% dari nilai pasar saham perusahaan. Dengan proporsi hutang yang demikian besar ini, maka tentu saja akan mebuat perusahaan ini menjadi semakin jatuh. Hal ini dikarenakan dengan tingkat hutang 75% ini maka para investor akan merasa manajemen tidak mampu untuk mengelola perusahaan dengan baik, dan merasa bahwa bisnis tersebut sangat berisiko tinggi. Dengan demikian, maka harga saham perusahaan tersebut menjadi turun drastis dan investor tidak tertarik untuk berinvestasi di perusahaan yang hampir bangkrut tersebut.

b.      Kecurangan karyawan
Kasus jatuhnya Enron ini juga disebabkan karena adanya kecurangan yang dilakukan oleh karyawannya. Hal ini dikarenakan manajemen menekan para karyawannya untuk mebuat laporan palsu. Dalam hal ini mereka membuat ramalan arus kas yang tinggi dan tingkat diskonto yang rendah pada kontrak yang mereka miliki. Dengan demikian, maka akan membuat jumlah asset yang dilaporkan oleh Enron menjadi tinggi, begitu pula dengan laba yang akan diperoleh para investor menjadi sangat tinggi pula.
Padahal dalam kenyataannya, laporan yang dibuat Enron tersebut tidak sesuai dengan kenyataan. Hal ini karena karyawan ditekan oleh manajemen untuk mebuat laporan yang mengutungkan bagi perusahaan. Sehingga para investor mau menanamkan modalnya di saham Enron. Jika investor banyak yang tertarik pada saham Enron maka harga sahamnya akan naik yang pada akhirnya akan membuat nilai pasar perusahaan tersebut naik pula. Dengan demikian maka Enron berharap dapat menutupi hutang yang dimilikinya.

c.       Pembelian infrakstruktur
Untuk memfasilitasi kegiatan usahanya, maka Enron harus melakukan beberapa hal yang membutuhkan biaya tinggi. Diantaranya adalah membeli infrastruktur yang dibutuhkan untuk mengangkut, menyimpan dan mengirim komoditas yang diperdagangkannya. Enron tidak mempunyai dana untuk membeli segala infrastruktur tersebut. Sehingga dia harus meminjam dari pihak lain. Enron sudah tidak dapat lagi meminjam uang di bank karena akan menambah saldo hutang yang ada dilaporan keuangannya.
Jika hal itu terjadi maka dapat menurunkan peringkat investasi di perusahaan itu. Penurunan peringkat investasi tersebut sangat tidak diinginkan oleh Enron. Sehingga muncul sebuah ide untuk membentuk Special Purpose Entities. Tujuan khusus itu tentu saja untuk mencari pinjaman dari bank. Dengan adanya anak perusahaan tersebut sepengetahuan bank yang meminjam uang adalah anak perusahaannya bukan Enron. Sehingga itu sangat aman bagi Enron. Dalam laporan keuangan yang dibuat oleh Enron tidak mengalami penambahan peminjaman. Padahal Enron mendapatkan pinjaman dana dari bank.

d.      Keterlibatan Auditor dalam rekayasa laporan keuangan.
Keterlibatan seorang auditor yang bernama Arthut Andersen dalam merekayasa laporan kuangan yang dimiliki oleh Enron merupakan salah satu hal yang fatal. Seorang auditor seharusnya hanya bertindak sebagai seorang auditor untuk memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan saja, tidak melakukan hal yang lainnya. Dalam kasus ini, Andersen telah melibatkan diri dalam operasinal akuntansi sehari-hari. Andersen bertindak selayaknya seorang akuntan dari luar. Tindakan yang dilakukan oleh Andersen tersebut telah melanggar independesni dan objektivitas yang harus dimiliki oleh auditor yang melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan.

•           Masalah di Tingkat Individu

a.       Ken Lay
Enron ini dibangun dengan hutang dan dalam kegiatan operasionalnya dia juga berhutang lagi kepada pihak lain. Sehingga hutangnya semakin bertambah banyak. Ken Lay adalah seseorang yang telah mendirikan Enron, tetapi dia membangun Enron dengan banyak hutang kepada pihak lain. Ketika Enron mengalami keadaan yang sulit, dalam hal ini dalam keadaan hampir bangkut, Ken Lay mengatakan perusahaannya dalam keadaan yang baik-baik saja. Ken Lay ini adalah orang yang licik. Dia secara diam-diam mulai menjual saham yang dia miliki. Para investor yang lainnya tidak mengetahui bahwa perusahaan tesebut mengalami sebuah masalah, sehingga banyak orang yang masih mau membeli saham yang dijual oleh Ken Lay tersebut.

b.      Jeffrey Skilling
Jeffrey Skilling ini adalah seorang yang sangat pintar. Dia berhasil membuat Enron menjadi sebuah perusahaan perdagangan yang sangat besar dan ekspansif. Namun, karena ambisinya mengesampingkan rambu-rambu aturan yang berlaku baik aturan SEC maupun prinsip akuntansi yang berterima umum. Jeffrey Skilling bekerjasama dengan Fastow untuk meminta pihak SEC untuk menerima metode akuntansi yang menguntungkan bagi Enron tersebut. mereka melakukan pendekatan kepada pejabat negara yang sebenarnya tidak diperbolehkan dalam bisnis modern karena hanya menguntungkan segelintir pihak dan merugikan sebagian besar pelaku pasar.

c.       Andrew Fastow
Dia memanipulasi untuk membentuk anak perusahaan yang hanya dipakai oleh Enron untuk mendapatkan pinjaman dana dari bank. Sehingga dalam laporan keuangan yang dimiliki oleh Enron tidak mengalami penambahan hutang. dia bersama dengan orang-orang lainnya di Enron, memperkaya dirinysa sendiri dengan mendapatkan gaji yang tinggi dan pendapatan saham dari entitas tujuan khusus yang dibentuk olehnya itu.

d.      Arthur Andersen
Arthur Andersen mempunyai peran yang besar dalam kecurangan ini. Hal ini dikarenakan Andersen melakukan manipulasi dalam pembentukan Special Purpose Entities dan memberikan opini yang menyatakan bahwa laporan keuangan Enron wajar. Hal tersebut sangat bertentangan denga tugas seorang auditor untuk memberikan keyakinan pada laporan keuangan yang dia periksa.

2.      Jika nilai saham Enron tidak jatuh, Special Purpose Entities mungkin dapat melanjutkan operasinya sampai kapanpun. Misalkan saham Enron tidak jatuh, dan umpamakan bahwa praktek akuntansinya mengikuti peraturan prinsip akuntansi yang berterima umum (umpamakan praktik akuntansi Enron diperbolehkan oleh Prinsip Akuntansi Berterima Umum). Dalam kasus ini, dalam pandangan anda, adakah kesalahan yang Enron lakukan? Jelaskan.
  1. Dari awal hutang Enron sudah terlalu tinggi sehingga meningkatkan risiko kebangkrutan karena investor enggan untuk berinvestasi di Enron. Utang yang tinggi ini juga memungkinkan bank untuk menarik pinjamannya kembali. Sebuah usaha yang dibangun dengan dana dari hutang dan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya Enron juga meminjam dana lagi dari pihak-pihak lain sehingga hutang yang dimilikinya semakin hari semakin tinggi. Oleh karena itu, proporsi modal yang ada diperusahaan tersebut kebanyakan berasal dari hutang sehingga jika hal ini terus berlanjut akan membuat investor menjadi ragu untuk menanamkan modal diperusahaan ini. Dengan tingkat proporsi hutang yang tinggi akan membuat risiko di perusahaan tersebut menjadi tinggi pula, karena kemungkinan besar perusahaan tidak bisa membayar hutangnya. Nilai perusahaan menjadi turun sehingga asset yang dimiliki perusahaan tidak bisa digunakan untuk menutupi hutang mereka. Sehingga kami menyimpulkan salah satu kesalahan yang dilakukan oleh Enron adalah membangun perusahaan sebuah perusahaan dengan dana dari hutang kepada pihak lain.

    1. Enron menyuruh karyawannya untuk memanipulasi laporan keuangannya dengan melaporkan nilai asset dan laba yang terlalu tinggi pada investor agar mereka mau menanamkan modalnya dalam Enron. Hal ini merupakan sebuah kesalahan besar yang dilakukan oleh Enron, karena telah manipulasi data dimana data-data tersebut dapat dijadikan sebagai sebuah informasi yang dapat mempengaruhi para pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengambil sebuah keputusan.
Jika informasi yang dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah informasi yang salah, maka keputusan yang diambil pun salah. Dalam hal ini, Enron melakukan penipuan untuk kepentingan perusahaannya sendiri. Dengan melakukan pemanipulasian data ini, membuat banyak para investor yang tertipu dan akhirnya mereka menginvestasikan uangnya diperusahaan ini.

    1. Kesalahan terakhir yang dilakukan oleh Enron adalah ide untuk mendirikan sebuah entitas khusus (anak perusahaan). Tujuan awal didirikannya entitas khusus ini salah, karena bertujuan untuk menyembunyikan hutang Enron yang terlalu besar sehingga hutang tersebut tidak masuk ke laporan keuangan Enron. Hal ini menyebabkan laba yang tercatat terlalu tinggi dan hutang Enron seolah-olah tidak meningkat.
Dengan demikian maka, para investor tidak akan mengetahui bahwa Enron memiliki hutang yang begitu besar jumlahnya karena hutang tersebut dicatat dalam laporan keuangan anak perusahaannya. Ini merupakan salah satu trik dari Enron yang sangat merugikan bagi para investor. Banyak sekali kecurangan yang dibuat oleh Enron untuk memodohi para investornya.
Para pemodal juga banyak yang tertipu untuk berinvestasi pada entitas khusus yang didirkan oleh Enron ini. Entitas khusus yang dirikan Enron ini, hanyalah sebuah perusahaan palsu yang kegiatannya tidak jelas. Karena perusahaan ini hanya dirikan untuk mencari dana segar untuk mendanai kegiatan perusahaan induk (Enron).




3.      Siapa, menurut penilaian anda, secara moral bertanggung jawab atas kejatuhan Enron?
a.       Andrew Fastow, seorang ahli keuangan yang direkrut oleh Jeffrey Skilling. Menyuruh karyawan melaporkan nilai asset dan laba perusahaan terlalu tinggi kepada investor dan bersama karyawan lainnya membentuk Special Purpose Entities yang bertujuan mendapat pinjaman untuk Enron menggunakan nama Special Purpose Entities tersebut. Sehingga pada laporan keuangan Enron tidak terlihat peningkatan hutang.
Dia mencoba memecat Sherron Watkins yang menghadap anggota kongres dan di hadapan umum mengutarakan apapun yang ia tahu tentang praktek akuntansi perusahaan. Dia juga merampas komputer Sherron Watkins ketika dia mengetahui bahwa dia mencoba memperingatkan atasannya tentang masalah yang akan terjadi jika Enron terus melakukan manipulasi data tersebut.

b.       Arthur Andersen. Memberikan jasa atestasi dan non atestasi sekaligus. Jasa atestasi yaitu mengaudit laporan keuangan Enron sedangkan jasa non atestasi berupa konsultan manajemen Enron. Arthur Andersen juga mewajarkan laporan keuangan Enron padahal seharusnya tidak wajar.
Dia ditangkap ketika sedang menghancurkan dokumen-dokumen tentang keterlibatan Andersen dengan Enron. Bulan Juni 2001, kantor akuntan tersebut dinyatakan bersalah telah menghalangi proses pengadilan karena menghancurkan dokumen dan dipaksa untuk menghentikan operasinya sebagai kantor akuntan, secara efektif menghancurkan karir ribuan karyawannya.

c.       Skilling bersama Andrew Fastow memanipulasi laporan keuangan Enron.Skilling merekrut Andrew Fastow, seorang ahli keuangan, untuk membantu menjalankan bisnis perdagangan gas alam, dan keduanya telah datang dengan gagasan yang pandai dalam melaporkan nilai dari kontrak jangka panjang yang mereka beli atau jual. Mereka membujuk Komisi Bursa Saham dan Surat Berharga (SEC) AS untuk membolehkan mereka memakai metode “menilai pada harga pasar” (mark to market) untuk diberlakukan pada kontrak mereka. Dengan metode tersebut akan membuat tingkat diskonto yang rendah pada kontrak mereka, sehingga membuat Enron melaporkan nilai aset (kontrak) dan laba yang tinggi pada investor. Padahal kenyataannya nilai asset dan laba mereka lebih rendah dari yang mereka laporkan.

d.      Kenneth Lay, ia mengembangkan perusahaan dengan hutang yang terlalu tinggi mencapai 75% dari nilai pasar saham. Ketika Enron hampir mengalami kebangkrutan (ketika tingkat hutang mereka semakin tinggi, dan kasus tersebut sudah hampir diketahui oleh publik). Kenneth Lay ini mengatakan bahwa usaha mereka baik-baik saja, tidak ada yang salah dengan Enron. Tetapi secara diam-diam dia mulai menjual sahamnya. Karena dia merupakan orang yang mendirikan Enron, maka dia tahu secara pasti apa yang terjadi pada perusahaannya. Sehingga segala tindakan yang dilakukan oleh bawahannya tentu saja telah mendapatkan persetujuan dari dirinya. Oleh kerena itu, dia merupakan salah satu orang yang bertanggung jawab atas kasus yang menimpa Enron ini.

e.       Komisi Bursa Saham dan Surat Berharga (SEC) AS. SEC juga harus bertanggungjawab pada kasus ini karena mereka memberikan persetujuan kepada Skilling dan Andrew Fastow untuk menggunakan metode akuntansi yang menguntungkan bagi mereka. Dalam hal ini seharusnya SEC tidak menyetujui hal tersebut, karena hanya akan menguntungkan beberapa pihak saja, dan pihak lainnya akan dirugikan dengan diperbolehkannya penggunaan metode tersebut.
Jika SEC tidak memperbolehkan mereka menggunakan metode tersebut, mungkin saja kasus ini tidak akan menjadi separah ini. Dan banyak pihak yang bisa diselamatkan atau dihindarkan dari kasus ini.




Kesimpulan

Enron melakukan fraud dengan cara mendirikan Entitas Tujuan Khusus yang ia gunakan untuk menyembunyikan hutang dengan cara memanipulasi laporan keuangan.  Kasus Enron tersebut sangat kompleks dan melibatkan berbagai pihak petinggi-petinggi Enron dan KAP Arthur Anderson. Enron bangkrut dan dinyatakan sebagai perusahaan yang melakukan kecurangan akuntansi terbesar dalam abad ke 20. Ribuan karyawan kehilangan perkerjaannya akibat kebangkrutan Enron.


Saran
Kasus Enron menjadi sebuah pelajaran bagi dunia bisnis di seluruh dunia. Apabila suatu praktik atau perilaku yang dilandasi dengan ketidak-baikan akhirnya akan menuai ketidak-baikan pula. Saran dari kelompok kami untuk entitas bisnis agar tidak jatuh  seperti yang dialami Enron :
-         Menjunjung tinggi nilai-nilai spiritualitas dan etika agar setiap perilaku senantiasa berpijak untuk kebaikan semua.
-         Jangan melakukan hal yang dapat merugikan orang banyak untuk memperkaya diri sendiri.

Saran bagi KAP Arthur Anderson :
-         Menjunjung tinggi kejujuran dan profesionalitas
-         Mematuhi kode etik menggunakan prinsip Akuntansi Berterima Umum
-         Menjaga integritas profesi dan tidak merangkap jabatan sekaligus.

Referensi
www.wikipedia.com
http://mazda4education.wordpress.com/2010/11/28/kasus-enron-2001/