Jumat, 13 September 2013

EKUILIBRIUM BARU : RUPIAH DAN SUKU BUNGA (part 1)


Kamis, 12 September 2013
Pukul 13.30 WIB
FEB UGM Ruang U214
Kuliah hari pertama Perekonomian Indonesia bersama Bapak Tony Prasetiantono, Dosen FEB UGM dan Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM.

Materi :
EKUILIBRIUM BARU : RUPIAH DAN SUKU BUNGA

Hal pertama yang beliau singgung adalah mengenai melemahnya rupiah. Mengapa bisa terjadi? Menurut beliau, ada beberapa sebab yang melatarbelakangi. Berikut penjelasannya...

Faktor eksternal :

1.     Kebijakan Chairman The Fed, Ben S. Bernanke :
Bernanke melakukan kebijakan pengurangan Quantitative Easing. Quantitative Easing (QE) adalah suatu kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral suatu negara guna meningkatkan jumlah uang beredar di pasar. The Fed pernah melakukan QE pada tahun 2009 ketika ekonomi Amerika sedang mengalami ketidakstabilan/goyah.  Pada saat itu diketahui bahwa angka pengangguran AS sebesar 10%.
Ketika ekonomi goyah, investor menyelamatkan diri dengan cara menjual surat berharga sebelum situasi semakin buruk. Salah satu surat berharga yang dijual adalah obligasi pemerintah. Sesuai dengan hukum permintaan, apabila permintaan suatu barang menurun, maka harga pasar barang tersebut menurun. Untuk menjaga agart harga pasar tidak jatuh maka pemerintah AS menciptakan demand terhadap obligasi pemerintah. Jumlah dolar yang dikeluarkan guna membeli kembali obligasi pemerintah tersebut mencapai sebesar $85 billion.
Penjelasan ringkasnya dengan rumus Irving Fisher : 

 M x V = P x T

Keterangan :
M : Money (jumlah uang yang beredar)
V : Velocity (kecepatan peredaran uang)
P : Price (harga barang)
T : trade (laju perdagangan)

Apabila kondisi di pasar kecepatan peredaran uang tetap,  laju perdagangan tetap, dan harga barang turun, maka hal yang dilakukan untuk mempertahankan harga agar tidak mengalami penurunan adalah dengan cara menambah jumlah uang yang beredar. Karena pemerintah AS banyak menciptakan uang untuk menambah jumlah uang yang beredar, terjadilah inflasi sehingga nilai USD mengalami depresiasi. Sehingga pada tahun 2011 nilai $1 pernah mencapai pada titik terendah sebesar Rp 8.560,-
Sekarang (pertengahan tahun 2013), angka pengangguran AS sudah menurun menjadi 7,2%. Bernanke berpikir sudah saatnya melakukan tempering-off (pengurangan dolar yang beredar). Rencana ini ternyata didengar dan langsung direspon oleh pasar. Apabila The Fed mengurangi jumlah dolar yang beredar,  nilai dolar pun akan menguat dan masyarakat (investor di pasar)  mulai membeli kembali surat berharga (obligasi pemerintah).
Dolar yang menguat menyebabkan nilai rupiah melemah terhadap dolar. Orang-orang kaya yang ingin berinvestasi tidak mau menyimpan kekayaan mereka dalam bentuk rupiah dan merasa lebih aman menyimpan kekayaannya dalam bentuk dolar. Permintaan rupiah pun menurun, akibatnya nilai rupiah mengalami penurunan yang mengakibatkan inflasi.
Selain itu masih ada dua alasan lagi yaitu defisit perdagangan dan masalah utang, akan tetapi pada pukul 15.00 WIB beliau memiliki agenda lain yang tidak bisa beliau tinggalkan sehingga kelas kami terpaksa diakhiri sebelum jam kuliah berakhir (huhu sedihnya). Oleh karena itu, kedua alasan tersebut belum sempat disinggung hingga selesai. Penjelasan selanjutnya menyusul yaaaa :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar