PERSELINGKUHAN:
FENOMENA DAN GAYA HIDUP BARU
Oleh: Heru Marwata dilanjutkan Widya Septiani
Salah satu fenomena menarik yang berkembang belakangan ini adalah
perselingkuhan. Perselingkuhan sering dijadikan topik diskusi dan seminar.
Media massa pun hampir setiap hari memuat berita atau isu perselingkuhan.
“Perselingkuhan telah menjadi fenomena, dan selingkuh sepertinya telah menjadi
gaya hidup.“
Jika ditelusuri sejarahnya, benarkah perselingkuhan merupakan hal baru
dalam kehidupan kita? Benarkah selingkuh sekarang telah menjadi gaya hidup?
Tulisan ini akan mencoba melacak sejarah
perselingkuhan dengan mengedepankan fakta-fakta yang relevan.
Menurut Sari Wektu, sejarawan
kondang lulusan Ohio University (USA), “perselingkuhan di Nusantara sebenarnya sudah
ada sejak zaman kerajaan-kerajaan kuno”.
“Saat itu sudah banyak orang, khususnya pejabat kerajaan, yang telah beristri atau bersuami, yang
memiliki kekasih gelap.” Sebagaimana yang terjadi sekarang, kekasih gelap itu
bisa orang yang masih lajang atau pun yang sudah berkeluarga. Mengapa mereka
berselingkuh?
Ada banyak alasan orang berselingkuh:
karena mengalami kebosanan pada pasangan resmi; karena ingin mendapatkan
variasi dalam perjalanan percintaan; karena ingin balas dendam setelah
‘ditinggal’ selingkuh oleh istri/suami/pasangan; karena alasan finansial;
karena ingin mendapatkan keturunan; karena ingin meningkatkan gengsi mengingat
pasangan selingkuhnya berstatus sosial tinggi, dst. Anehnya, ada pula yang
hanya sekadar iseng dan keterusan. Hanya saja, apa pun alasannya, ternyata
hampir semua perslingkuhan itu mendatangkan masalah. Bahkan, tidak sedikit yang
kemudian berakhir dengan perpisahan atau perceraian.
Dalam diskusi bertema Selingkuh Itu Nikmat beberapa waktu yang lalu terjadi perdebatan
seru antara pemakalah dengan peserta. Peserta diskusi, terutama para mahasiswi
dan ibu muda, merasa sangat dilecehkan oleh pernyataan pemakalah. Menurut salah
seorang pemakalah, “perselingkuhan lebih banyak terjadi karena pihak wanita
(istri) kurang memahami pihak laki-laki (suami)”.
Terlepas dari semua
itu, apa pun alasannya dan
sudah berapa pun korbannya,
perselingkuhan selayaknya memang dihindari. Di samping secara moral jelas
dinilai kurang atau bahkan tidak baik, dari segi agama apa pun juga jelas tidak
dibenarkan. “Untuk itu, sudah sepantasnya kalau pelaku perselingkuhan
mendapatkan sanksi tegas, baik secara moral maupun secara hukum.”
Dalam hubungan pacaran sekalipun jika salah
satu pasangan tidak menjaga kesetiaannya dapat pula dikatakan berselingkuh. Hal
ini marak terjadi dalam lingkup pergaulan ABG labil yang sedang ingin mencoba-coba
hal yang bagi mereka merupakan hal yang baru. Beberepa dari mereka beranggapan
bahwa memiliki lebih dari satu pasangan merupakan prestasi yang patut
dibanggakan. Mereka juga akan merasa bangga jika memiliki mantan lebih banyak
dibandingkan teman-temannya. Dalam benaknya, pasangan disamakan dengan barang
yang pantas untuk dikoleksi.
Disisi
lain tak sedikit juga diantara mereka yang berfikiran dewasa dan menghargai apa
arti hubungan dan komitmen. Namun, ancaman berselingkuh dapat mengintai siapapun
dan dimanapun. Oleh karena itu sikap kehati-hatian sangat diperlukan dalam
bergaul dengan lawan jenis yang bukan pasangan kita. Membina hubungan yang harmonis memang tidak
mudah, namun juga tidak sulit asal ada komitmen dari masing-masing pihak. Sebenarnya,
fenomena perselingkuhan dapat dihindari. Saling berbicara dari hati ke hati, meluangkan
waktu sebentar untuk mencari jalan keluar setiap ada masalah, saling
mengeluarkan unek-unek sangat diperlukan sehingga masing-masing tahu penyebab
dari masalah yang terjadi. Tidak melibatkan orang lain dalam masalah yang
sedang terjadi dalam hubungan kita dengan pasangan kita juga dapat
menghindarkan dari perselingkuhan.
Selain
itu, demi menjaga keharmonisan hubungan dengan pasangan, sangat penting menghindari cinta lama bersemi kembali atau
yang akrab disebut “CLBK” yang mengintai sewaktu-waktu. Membina hubungan
pertemanan dengan mantan sah-sah saja asalkan masih dalam batas kewajaran.
Namun
jika perselingkuhan sudah terlanjur terjadi, dan kita lebih memilih pasangan
kita yang sebenarnya, perselingkuhan itu harus cepat-cepat diakhiri sebelum
semuanya terlambat. Diperlukan waktu dan tekad yang kuat dalam mengakhiri
perselingkuhan. Setelah itu, kita harus mencoba berbicara jujur dengan pasangan
kita sebelum dia lebih dahulu mengetahui mulut dari orang lain.
Tugas Semester I Bahasa Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar