Sabtu, 07 Desember 2013

PERSELINGKUHAN:
FENOMENA DAN GAYA HIDUP BARU
Oleh: Heru Marwata dilanjutkan Widya Septiani

Salah satu fenomena menarik yang berkembang belakangan ini adalah perselingkuhan. Perselingkuhan sering dijadikan topik diskusi dan seminar. Media massa pun hampir setiap hari memuat berita atau isu perselingkuhan. “Perselingkuhan telah menjadi fenomena, dan selingkuh sepertinya telah menjadi gaya hidup.“
            Jika ditelusuri sejarahnya, benarkah perselingkuhan merupakan hal baru dalam kehidupan kita? Benarkah selingkuh sekarang telah menjadi gaya hidup? Tulisan ini akan mencoba melacak  sejarah perselingkuhan dengan mengedepankan fakta-fakta yang relevan.
            Menurut Sari Wektu, sejarawan kondang lulusan Ohio University (USA),  “perselingkuhan di Nusantara sebenarnya sudah ada sejak  zaman kerajaan-kerajaan kuno”. “Saat itu sudah banyak orang, khususnya pejabat kerajaan,  yang telah beristri atau bersuami, yang memiliki kekasih gelap.” Sebagaimana yang terjadi sekarang, kekasih gelap itu bisa orang yang masih lajang atau pun yang sudah berkeluarga. Mengapa mereka berselingkuh?
            Ada banyak alasan orang berselingkuh: karena mengalami kebosanan pada pasangan resmi; karena ingin mendapatkan variasi dalam perjalanan percintaan; karena ingin balas dendam setelah ‘ditinggal’ selingkuh oleh istri/suami/pasangan; karena alasan finansial; karena ingin mendapatkan keturunan; karena ingin meningkatkan gengsi mengingat pasangan selingkuhnya berstatus sosial tinggi, dst. Anehnya, ada pula yang hanya sekadar iseng dan keterusan.  Hanya saja, apa pun alasannya, ternyata hampir semua perslingkuhan itu mendatangkan masalah. Bahkan, tidak sedikit yang kemudian berakhir dengan perpisahan atau perceraian.

            Dalam diskusi bertema Selingkuh Itu Nikmat  beberapa waktu yang lalu terjadi perdebatan seru antara pemakalah dengan peserta. Peserta diskusi, terutama para mahasiswi dan ibu muda, merasa sangat dilecehkan oleh pernyataan pemakalah. Menurut salah seorang pemakalah, “perselingkuhan lebih banyak terjadi karena pihak wanita (istri) kurang memahami pihak laki-laki (suami)”.
Terlepas  dari  semua  itu,  apa pun  alasannya dan  sudah  berapa pun korbannya, perselingkuhan selayaknya memang dihindari. Di samping secara moral jelas dinilai kurang atau bahkan tidak baik, dari segi agama apa pun juga jelas tidak dibenarkan. “Untuk itu, sudah sepantasnya kalau pelaku perselingkuhan mendapatkan sanksi tegas, baik secara moral maupun secara hukum.”
 Dalam hubungan pacaran sekalipun jika salah satu pasangan tidak menjaga kesetiaannya dapat pula dikatakan berselingkuh. Hal ini marak terjadi dalam lingkup pergaulan ABG labil yang sedang ingin mencoba-coba hal yang bagi mereka merupakan hal yang baru. Beberepa dari mereka beranggapan bahwa memiliki lebih dari satu pasangan merupakan prestasi yang patut dibanggakan. Mereka juga akan merasa bangga jika memiliki mantan lebih banyak dibandingkan teman-temannya. Dalam benaknya, pasangan disamakan dengan barang yang pantas untuk dikoleksi.
Disisi lain tak sedikit juga diantara mereka yang berfikiran dewasa dan menghargai apa arti hubungan dan komitmen.  Namun,  ancaman berselingkuh dapat mengintai siapapun dan dimanapun. Oleh karena itu sikap kehati-hatian sangat diperlukan dalam bergaul dengan lawan jenis yang bukan pasangan kita.  Membina hubungan yang harmonis memang tidak mudah, namun juga tidak sulit asal ada komitmen dari masing-masing pihak. Sebenarnya, fenomena perselingkuhan dapat dihindari.   Saling berbicara dari hati ke hati, meluangkan waktu sebentar untuk mencari jalan keluar setiap ada masalah, saling mengeluarkan unek-unek sangat diperlukan sehingga masing-masing tahu penyebab dari masalah yang terjadi. Tidak melibatkan orang lain dalam masalah yang sedang terjadi dalam hubungan kita dengan pasangan kita juga dapat menghindarkan dari perselingkuhan.
Selain itu, demi menjaga keharmonisan hubungan dengan pasangan, sangat penting  menghindari cinta lama bersemi kembali atau yang akrab disebut “CLBK” yang mengintai sewaktu-waktu. Membina hubungan pertemanan dengan mantan sah-sah saja asalkan masih dalam batas kewajaran.
Namun jika perselingkuhan sudah terlanjur terjadi, dan kita lebih memilih pasangan kita yang sebenarnya, perselingkuhan itu harus cepat-cepat diakhiri sebelum semuanya terlambat. Diperlukan waktu dan tekad yang kuat dalam mengakhiri perselingkuhan. Setelah itu, kita harus mencoba berbicara jujur dengan pasangan kita sebelum dia lebih dahulu mengetahui mulut dari orang lain.

Tugas Semester I Bahasa Indonesia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar