Analog Devices,
Inc. (B)
Pada
tahun 2001, Analog Devices, Inc (ADI) masih terus memajukan state-of-the-art practices dalam
menggunakan scorecard perusahaan
untuk mengevaluasi kinerja. Pada tahun-tahun awal pengembangan scorecard, fokus mereka adalah pada penggunaan
untuk mengkomunikasikan strategi, mendorong peningkatan kualitas, dan untuk
menekankan inisiatif pengurangan biaya. Pada tahun 1990-an, ADI berfokus
mengadaptasi scorecard untuk
peningkatan pada pertumbuhan pendapatan di samping kualitas dan efisiensi. Pada
akhir tahun sembilan puluhan, ADI menghadapi tantangan baru yaitu memanfaatkan scorecard secara efektif pada perusahaan
di lingkungan pasar yang lebih cepat, lebih dinamis, dan lebih kompleks.
ADI’s
Industry in 2001
Pada tahun 2000, ADI
membukukan tingkat pertumbuhan yang tinggi yaitu 78%, tumbuh dari $ 1.5 billion ke $ 2.6 billion dan hal ini belum
pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah ADI. Karena produk mereka adalah
berbagai macam perangkat internet, seperti modem PC dan asynchronous digital subscriber line (ADSL) switches, pertumbuhan internet yang pesat mendorong pertumbuhan
ADI. Perusahaan juga memproduksi komponen ponsel dan peralatan infrastruktur
nirkabel, dan komponen untuk aksesoris PC seperti flat panel displays, CD dan DVD player, dan kamera digital. Pertumbuhan
yang cepat sangat menantang dalam pengelolaanya. Perubahan lain dalam
lingkungan ADI yang lebih rumit yaitu:
-
Segmen pasar baru ADI memiliki
karakteristik permintaan yang sangat berbeda
-
rantai pasokan yang ADI ikuti adalah tidak
terintegrasi
-
pemisahan yang berbeda tradisional
antara pasar digital dan analog telah dibubarkan
-
proses desain produk yang diperlukan
kerjasama yang lebih besar.
Bauran
Produk Baru Berarti Dinamika Permintaan Baru
Pada tahun 1980-an, aplikasi
untuk komponen ADI terutama di sektor industri dan militer. Umumnya, produk
akhir akan memiliki siklus hidup yang panjang sehingga setelah dirancang dengan
komponen ADI, komponen akan berada pada demand
selama bertahun-tahun. sehingga, permintaan bisa diprediksi untuk banyak produk
ADI.
Pasar teknologi yang mendorong
pertumbuhan ADI, adalah sektor elektronik dan komunikasi yang memiliki siklus
hidup lebih pendek secara substansial antara satu sampai dua tahun. Secara
operasional, ini jauh lebih sulit untuk dikelola. Manajemen persediaan,
misalnya, menjadi dinamis dan kompleks. Sangat penting memiliki persediaan pada
awal siklus hidup ketika permintaan sulit untuk diprediksi. Namun menjelang
akhir siklus hidup, kelebihan persediaan bisa membunuh keuntungan jika
persediaan menjadi usang. Siklus hidup yang begitu singkat untuk sektor produk
komunikasi yang kondisi operasi steady-state
tidak pernah teraih.
Selanjutnya,
ADI mengembangkan bauran produk termasuk komponen untuk peralatan modal yang
berhubungan dengan internet, seperti router serat optik, ADSL switches,
dan voice-over-network servers. ADI
menyediakan untuk perusahaan-perusahaan seperti Cisco, Nortel, dan Lucent. Pada kuartal ketiga tahun 2001
pendapatan ADI telah jatuh kembali ke $ 1.9 billion,
dari puncaknya pada kuartal keempat tahun 2000 sebesar $ 3.2 billion sehingga terjadi penurunan 40%.
Pada periode waktu yang sama, Intel turun 28%, Texas Instruments 36%, Maxim
Integrated Produk 25%, dan Linear Technology
Corporation 14%.
Supply
chain pemilahan
semakin meningkatkan kompleksitas operasional
Untuk sebagian besar dari sejarahnya, ADI
memproduksi dan mendistribusikan komponen sendiri, kemudian dikirimkan langsung
ke produsen peralatan. Pada tahun 2001 outsourcing
signifikan terjadi pada:
• Operator fasilitas fabrikasi chip
("fabs")
• distributor komponen global
• kontrak produsen peralatan
Pembuatan chip semikonduktor telah menjadi salah satu proses manufaktur
paling kompleks di dunia. Dalam sebuah industri sebagai volatile seperti semikonduktor, investasi ini sangat berisiko.
Akibatnya, perusahaan yang terutama mengandalkan keahlian desain, seperti ADI,
semakin tampak untuk bermitra dengan fabrikasi chip spesialis-perusahaan yang
bersedia untuk mengambil risiko ini dan bisa menangkap skala ekonomi di
beberapa desainer.
Implikasi strategis ADI signifikan. Dengan banyak link dalam rantai nilai, total laba industri tersebar lebih tipis
di antara sejumlah besar pemain. Dan jika ada link dalam rantai menjadi terlalu kuat, link yang akan memiliki potensi untuk mengendalikan keuntungan
secara tidak proporsional.
Di antaranya kemungkinan
yang mengganggu: (1) kontrak produsen yang mungkin mulai bergabung dengan
distributor, (2) distributor mungkin bisa mengkonsolidasikan pembelian komponen
dengan decoding produk skema
penomoran untuk produk non-proprietary ADI, dan (3) distributor
atau produsen kontrak mungkin berhasil dalam membangun platform e-bisnis yang canggih yang akan membuat semuanya terlalu
mudah bagi mereka untuk beralih dari satu pemasok yang lain-memaksa ADI menjadi
kompetisi komoditas. Ketiganya akan mengurangi pengaruh negosiasi ADI.
Produk yang dikembangkan secara
kolaboratif
Hal ini dilatarbelakangi oleh
semakin singkatnya umur/siklus hidup produk yang dihasilkan oleh ADI, hal ini
karena perubahan lingkungan bisnis yang terjadi di era sekarang. Konsumen
sangat mudah memilih produk pilihannya, sehingga konsumen dapat dengan cepat
merubah barang yang diinginkannya. Oleh sebab itu maka produk yang dihasilkan
oleh ADI harus mengikuti perubahan pasar agar produknya tetap laku dipasaran.
Untuk mengatasi hal tersebut maka ADI melakukan proses pengembangan produk yang
terintegrasi dan terkolaborasi. Misalnya, dalam menghadapi pesaingnya TI, ADI berhasil memenangkan kontrak dari 3Com untuk mensuplai komponen dari modem jenis
baru yaitu 56K. Proposal
dari ADI dianggap sebagai usulan yang
sangat hebat karena chip yang dibuat
dapat terintegrasi dengan beberapa chip yang lain. Sehingga chip tersebut dapat
mengkonversi data analog ke data digital, pengolahan data digital, dan menkonversi
data digital ke analog. Selain itu, desain yang
diluncurkan oleh ADI
dapat menurunkan ukuran dan menigkatkan peforma.
Karena usia produk yang sangat
singkat maka ADI berusaha mengembangkan desain produk baru agar tidak ketinggalan dengan
permintaan pasar. Maka untuk mengatasi hal tersebut ADI melakukan kolaborasi
dengan banyak supplier selain 3com, seperti pemrogram komputer, penjual software dan beberapa pabrikan chip. Setelah prototipe yang dikembangkan oleh ADI
dapat diterima, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan kolaborasi untuk mempersiapkan manufaktur dan logistik dari komponen produk yang baru. Waktu
peluncuran produk baru kepasar menjadi hal yang sangat penting, oleh karena itu
ADI harus terus mendisain dan berkolaborasi untuk menghasilkan
produk-produk baru.
Akibatnya karena terlalu fokus dalam
menangani rantai pasokan, perusahaan tidak memadai dalam menangani permintaan
dari pelanggan. Akhirnya hubungan ke pelanggan ditangani dengan “Field Application
Engineers”. FAEs dapat memperkuat hubungan kepada
pelanggan dengan
membantu pelanggan dalam mendesain sistem pemrosesan sinyal secara keseluruhan.
ADI’s Scorecard
in 2001
Pada tahun 90-an, ADI menjadi pioner usaha dengan scorecard perusahaan yang menghasilkan pengukuran kinerja yang
mirip di banyak perusahaan. Sebagai hasilnya, perusahaan software mulai mengembangkan solusi kinerja managemen yang sesuai
permintaan untuk mendukung implementasi scorecard.
ADI menginstal EIS (executive information
system) seperti banyak perusahaan lain. EIS mendukung scorecard untuk divisi, departemen, ataupun individual. Manager di semua level bisa memecah
kinerja yang dihasilkan dari setiap wilayah, produk, konsumen, atau chanel.
EIS juga mendukung ADI dalam
menggunakan tiga planning horizon
yang berbeda- per kuarter, per enam kuarter, dan setiap 3-5 tahun. Karena
operasional ADI sekarang berkaitan dengan partner
dan supplier yang kompleks,
perusahaan berusaha meningkatkan
eksternal metrik dalam EIS. Karena bisnis mereka mengalami perubahan yang
konstan, maka ADI menjaga sistemnya sefleksibel mungkin. Mereka secara
frekuensi mengenalkan metriks baru seperti perubahan kondisi bisnis.
ADI juga sangsi terhadap terlalu
banyaknya informasi. Dari berbagai level yang diberikan, total metrik dari satu
manager yang akan dimonitoring ada sekitar 10-20. Scorecard berhasil ketika hal tersebut mampu menginspirasi untuk
beraksi, tidak memprovokasi analysis
yang tidak ada akhirnya.
Pada kenyataannya, CEO Jerald
Fishman meyakini bahwa sebaiknya usaha yang diberikan fokus pada tiga hal dan
beberapa metrik yang berkaitan. Pada kuater ke 3 pada tahun 2001, ada tiga area
fokus adalah:
1) Pertumbuhan pendapatan
2) Pengenalan produk baru
3) Chanel managemen- tujuan Mr.Fishman adalah
untuk meningkatkan kualitas jasa yang diberikan melalui chanel e-business, merasionalisasi sejumlah
partner distribusi, dan meningkatkan proses penjualan.
Pada tahun 2001, formula bonusnya masih tetap
pada metrik keuangan. ADI secara periodik menyesuaikan formula bonusnya.
Seperti pada tahun 1999 ADI menambahkan ROA dalam formula bonusnya. Pada
periode sebelumnya, formula bonus hanya memasukkan pertumbuhan pendapatan dan
profit magin.
Proses goal-setting
Pada tahun 1980-an, ADI menerapkan tujuan
dengan banyak metrics guna upaya awal scorecard mereka. Tujuan
tersebut diimplementasikan melalui perhitungan perbaikan half-life seperti
waktu yang dibutuhkan untuk mengurangi kerusakan/produk cacat hingga 50%.
Pendekatan ini berfokus pada pengukuran berdasarkan kelemahan dan tidak bisa
diterapkan untuk metriks peningkatan pendapatan, seperti pendapatan yang
diperoleh dari produk baru. Banyak pembaharuan dalam proses dan inovasi baru,
sehingga bisa terintegrasi dengan rekanan supply chain. Setelah
dilakukan evaluasi, ternyata half-life tidak tepat dengan jenis bisnis
ADI, sehingga ADI menggunakan 2 pendekatan untuk menentukan tujuannya, yaitu:
- Mirip dengan proses rencana bisnis
tradisional. Manajer senior bertanya pada masing-masing divisi mengenai
rencana bisnisnya. Kemudian dipecah menjadi segmen, wilayah, dan channel. Setelah itu, rencana dari
masing-masing divisi dikumpulkan dan diulas oleh manajer senior di mana
ulasan tersebut akan diikuti dengan proses negosiasi antara manajer senior
dan manajer junior. Pada akhirnya, masing-masing direktur lini produk
bertanggung jawab untuk menentukan anggaran dan perkiraan/ramalan.
- Tujuan scorecard didesain top-down
oleh manajer senior menggunakan kombinasi antara analisis dan judgment
berpengalaman. Misalnya, mempelajari kompetitor (pesaing bisnis) untuk
menentukan praktik terbaik berbagai metriks. Kemudian, manajer melakukan
penilaian mengenai relevansi standar dalam konteks keunikan bisnis ADI dan
mengatur tujuan dari waktu ke waktu guna perbaikan.
Terlepas dari kedua pendekatan tersebut, manajer membutuhkan karyawan
yang bertanggung jawab atas mencapaian tujuan karena usaha manajemen hanya akan
sia-sia apabila karyawan merasa tidak nyaman dan tertekan dalam proses
pencapaian tujuan. Proses penentuan tujuan ini mengharuskan adanya kolaborasi
lintas fungsi. Misalnya, manajer distribusi dan manajer penjualan bekerja sama
untuk menentukan tujuan yang hendak dicapai dengan tidak melebihi kompetisi
masing-masing divisi. Masing-masing proses dalam perusahaan terhubung dengan
proses lainnya, sehingga dibutuhkan interaksi yang baik dari tiap proses dan
dapat mencapai tujuan dengan efektif.
Diskusi :
1. How
did ADI’s industry change between 1996 and 2011?
Perubahan industri yang dialami ADI dapat terjadi
disebabkan oleh perkembangan teknologi dan pertumbuhan penggunaan teknologi
internet yang pesat yang mendorong pertumbuhan ADI. Produk yang dihasilkan oleh
ADI pun semakin bervariasi. Perkembangan teknologi memicu pertumbuhan produk
yang dihasilkan, hal ini berpengaruh terhadap life cycle yang menjadi lebih pendek, perancangan produk sering
kali hanya berlaku untuk permintaan satu sampai dua tahun saja. Perkembangan
ini menyebabkan dinamika permintaan yang sulit untuk diprediksi dengan
tepat.
Posisi ADI dalam bernegosiasi akan turun dikarenakan
adanya kemungkinan bergabungnya pelanggan dan distributor, posisi ADI dalam
bernegosiasi pun menjadi turun. Akibat adanya perubahan struktur supply chain yang semula
mendistribusikan produknya sendiri, kini menjadi ada campur tangan dari
distributor. Perubahan industri tersebut juga mendorong perubahan fungsi scorecard sebagai alat pengukur untuk
lingkungan yang lebih kompleks dan dinamis.
2. How
are targets set for setting goals need to be in order for the metric to be
useful? Evaluate the goal-setting process in light of the changing industry
conditions as of 2001.
Ø Pergeseran
bertahap dari setengah konsep hidup seperti itu hanya cocok untuk mengukur
kelemahan berdasarkan
Proses penetapan tujuan
•
bottom
up
Divisi mempersiapkan
rencana yang disetujui oleh manajemen senior, berdasarkan konsultasi rencana
posting dengan kedua pihak gol ditugaskan
•
top
down
Manajemen senior
memberikan gol untuk manajer berdering rendah
Ø Cross Functional Team sets the
target
3. Is
ADI’s scorecard as useful today as it was in the 80s? what are the limitations
to scorecard? What can go wrong?
Scorecard
yang digunakan oleh ADI pada tahun 80-an apabila digunakan pada saat ini maka
tidak akan efektif dulu. Scorecard yang digunakan oleh ADI pada tahun 80-an
hanya dilihat dari perspektif keuangan saja, hal ini karena produk yang
dihasilkan oleh ADI memiliki siklus yang panjang serta perbedaan kondisi
lingkungan bisnis pada tahun 80-an dengan saat ini. Lingkungan bisnis pada
tahun 80-an masih produsen value
sehingga penentuan harga dan fitur dari suatu produk masih berada ditangan
produsen. Sedangkan di era sekarang ini konsumenlah yang menjadi pemegang
kendali bisnis, sehingga produsen harus menyediakan hal-hal yang diinginkan
konsumen agar dapat terus beroperasi (consumer
value).
Contohnya ukuran-ukuran scorecard hanya dilihat berdasarkan pada perspektif keuangan saja,
sedangkan ukuran-ukuran non keuangan tidak dipertimbangkan kedalam scorecard.
Hal ini mengakibatkan informasi dan keputusan yang diambil dari para eksekutif
hanya berdasarkan perspektif keuangan. Scorecard
yang digunakan oleh ADI pada tahun 80-an ini hanya mengukur kinerja keuangan
perusahaan saja, tidak mengukur kinerja divisi atau karyawan. Sehingga hal ini
dapat mengakibatkan karyawan yang free
rider, karena pengukuran kinerja dilakukan dalam skala perusahaan.
4. Would
you make any changes to the way ADI manages its scorecard? What changes? Why?
ADI sebaiknya memasukkan beberapa indikator kinerja
selain kinerja keuangan. ADI sebaiknya memasukkan ukuran kinerja karyawan,
ukuran kinerja konsumen, dan juga ukuran kinerja produk. Ukuran kinerja karyawan
seperti indeks kepuasan kerja, tingkat turnover karyawan, dll. Ukuran kinerja
konsumen seperti kepuasan konsumen, tingkat konsumen rebuy, dll. Ukuran kinerja produk seperti tingkat keluarnya produk
baru, lamanya siklus produk, dll. Hal ini karena jika hanya berdasarkan kinerja
keuangan saja, tidak akan bisa meng-capture
kinerja selain keuangan yang juga berkontribusi terhadap kesuksesan
perusahaan.
5. Does
the metrics/scorecard system have flaws? Can employees “game’ the system? What
are the dangers of the EIS?
Sistem metriks
atau scorecard yang diterapkan oleh ADI tentu saja memiliki kelemahan.
Di antaranya ialah sebagai berikut:
·
perusahaan
selalu menjaga sistem agar bisa sefleksibel mungkin. Hal ini menjadi kelemahan
sistem karena dapat diubah-ubah sesuai dengan keinginan dari suatu divisi/segmen.
·
Masing-masing
manajer divisi harus memonitor 10-20 metriks. Proses monitoring ini akan
memberikan banyak informasi untuk masing-masing manajer divisi, sehingga
individu tersebut memiliki akses informasi yang banyak dan memungkinkan adanya
penyembunyian suatu informasi atau menyimpan suatu informasi yang dapat
menguntungkan divisinya.
·
Beberapa
metriks dicatat secara manual pada spreadsheet.
Beberapa hal di
atas memungkinkan adanya permainan dari karyawan (manajer) dengan banyaknya
informasi yang dimiliki. Bahkan, para manajer menghabiskan sebagian besar waktu
kerja mereka hanya untuk mencari apa yang penting dibandingkan dengan bekerja
untuk memperbaiki apa yang penting. Pada akhirnya, hasil dari scorecard hanyalah
memicu tindakan, bukan memprovokasi analisis. Sementara ancamannya terhadap EIS
atau Sistem Informasi Eksekutif ialah:
v
Informasi
berada di mana-mana. Adanya terlalu banyak pengukuran menjadikan masing-masing
metriks kurang relevan sebagai informasi yang dapat dijadikan tindakan.
v
Manfaat
(benefit) susah untuk diukur. Hal
tersebut karena ada banyaknya kriteria, sehingga untuk mengukur manfaat perlu
waktu yang lama dan membutuhkan analisis yang panjang (mempertimbangkan banyak
poin untuk dapat menyimpulkan hasil pengukuran).
v
Memerlukan
biaya implementasi yang tinggi
v
Sistem
mungkin menjadi lebih susah untuk dikelola dan lamban.
***
By : Nur Munafiah,
Haniam, Widya, Yuvenico, Imam Fathoni