Kamis, 11 Desember 2014

Akuntansi Menejemen
Case: Mc Farland
Dosen pengampu: Mahfud Sholihin, Ph.D

Description: D:\UGM\logo Hitam Putih.jpg

Oleh:
Widya Septiani                      (11/315655/EK/18467)
Leni Melita Simamora           (11/315670/EK/18477)
Yulyta Trisna P.                    (11/315716/EK/18513)


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013



Mc Farland

Selama bertahun-tahun, teman dan keluarga Janet Mc Farland  meracau jeli dan salsa buatan sendiri. Janet mengkalengkan beberapa galon salsa secara tradisional,  membungkusnya, dan mengirimnya sebagai hadiah. Teman-temannya menyarankan Janet untuk menjual barang-barang itu  dan mendapatkan keuntungan. Akhirnya janet memutuskan untuk  mencobanya.
Pertama,d ia memutuskan untuk berkonsentrasi pada satu produk, salsa hijau kaktus yang telah mendapat sambutan hangat. Dia memberikan stoples, tutup, dan label. Selain itu, janet menjalin hubungan dengan  kantor penyuluh pertanian lokal dan belajar cukup banyak tentang hukum yang mengatur penjualan makanan. Salah satu sumber yang mengejutkan adalah bahwa dia harus mendapat konfirmasi dari ahli bahan untuk salsanya. Biasanya, janet menambahkan sedikit ini dan sedikit itu tanpa mempertimbangkan ukurannya. Makanan diminta untuk diberi label nama masing-masing bahan dan proporsi jumlahnya. Hal itu penting apakah ancho atau problano cabai yang digunakan dan dalam proporsi berapa. Janet membutuhkan resep standar. Dia meminta seorang ahli kimia makanan profesional untuk menganalisis resep dan proporsi bahan produknya.
Janet berkeliling ke sejumlah toko kelontong dan toko-toko suvenir di daerah. Beberapa bersedia untuk konsinyasi saham produknya, menempatkan beberapa botol di  kasir, yang lain diletakkan di ruang pajang tetapi membutuhkan biaya rak untuk itu. Dia tahu bahwa berkeliling ke toko-toko, memeriksa penjualan dan persediaan, dan mengunjungi calon pelanggan akan  memakan waktu . Sebelum memulai produksi, Janet berkonsultasi dengan akuntan keluarganya, Bob Ryan.
Bob mengatakan, karena produknya masih baru, dia pikir harga sebesar $ 4,50 akan masuk akal. Bob mengambil harga yang diusulkan dan biaya yang dia perkirakan, dan melakukan beberapa analisis impas cepat. Tetapi,  ada kabar buruk, dengan harga $ 4,50 per jar, Janet akan rugi. Lebih buruk lagi, meningkatkan kuantitas penjualan hanya akan membuat kerugian menjadi lebih besar. Sebagai seorang teman dan penasihat bisnis, Bob memutuskan untuk membantu janet kembali metode yang diusulka nya membuat salsa, untuk melihat apakah biaya variabel dapat dikurangi. Jika dia tidak bisa menemukan cara untuk mendapatkan biaya variabelnya di bawah harga, usahanya tidak pernah bisa sukses.




1. What kinds of variable and fixed costs do you think janet will incur?
Variable cost adalah biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan volume produksi, penjualan ataupun banyaknya aktivitas yang dilakukan. Biaya variabel memiliki hubungan searah dengan jumlah unit yang diproduksi atau aktivitas yang dilakukan. Hubungan searah ini maksudnya adalah semakin banyak unit yang kita produksi atau semakin banyak aktivitas yang kita lakukan, maka akan semakin banyak biaya variabel yang kita keluarkan.Dalam kasus McFarland ini, biaya variabelnya antara lain biaya bahan baku,  upah tenaga kerja langsung, dan biaya overhead.
Sedangkan fixed cost adalah biaya yang secara total tidak mengalami perubahan,walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas tertentu).Dalam kasus Mc Farland ini, biaya tetapnya antara lain gaji, penyusutan aktiva tetap, sewa gedung, penyewaan rak di toko-toko dan lain sebagainnya.

2. Given bob’s initial assessment that the variable costs are higher than the price what is wrong with janet’s thought that selling more is the way to go?
Janet berpikir bahwa dengan harga yang ia tetapkan dia dapat menjual lebih banyak, hal ini salah besar sebab harga jual yang ia tetapkan lebih rendah daripada biaya biaya yang ia keluarkan. Sehingga apabila hal tersebut dilakukan maka ia akan menderita kerugian. Semakin banyak jumlah barang yang  ia jual, semakin besar pula kerugian yang ia tanggung.

3. How  important is break-even analysis to a firm? Do you suppose that large companies do break-even analysis as well as small companies?
Titik Impas (Break Even Point) adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik yang terjadi ketika total pendapatan sama dengan total pengeluaran dimana laba sama dengan nol sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan tetapi tidak pula menderita kerugian.
Baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil, seharusnya menganalisis break even point, karena dengan analisis tersebut perusahaan dapat mengetahui target penjualan minimal yang harus dicapai agar tidak mengalami kerugian. Selain itu, kegunaan dan manfaat analisis break even point bagi manajemen perusahaan antara lain :
·         Sebagai dasar dalam  merencanakan kegiatan operasional dalam  usaha  mencapai laba tertentu.
·         Sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan yaitu sebagai alat untuk mencocokan antara realisasi dengan angka-angka dalam perhitungan Break Even Point.
·         Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan harga jual yaitu setelah diketahui hasil perhitungan menurut hasil analisa Break Even dan laba yang ditargetkan.
·         Dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang harus dilakukan seorang manager suatu  perusahaan.
·         Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan.
·         Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan.

4.      Why is the concept of breaking even important? Doesn’t janet want to make a profit?
Break even point digunakan untuk menganalisis jumlah minimum produk yang harus di hasilkan atau terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Tujuan dari break even point adalah mencari tingkat aktivitas dimana total pendapatan sama dengan total pengeluaran, menunjukan target penjualan minimal yang harus diraih  serta memungkinkan perusahaan mengetahui apakah  mereka beroperasi dekat atau jauh dari titik impas. Sehingga, Janet memerlukan analisis break even point sebagai dasar untuk mengetahui target penjualan minimal yang harus diraih agar tidak mengalami kerugian dan dapat memperoleh laba yang diinginkan.
5.      Janet doesn’t know what price to charge. How could she get a better idea?

Price to charge  yang sebaiknya ditetapkan untuk periode awal bisnisnya adalah harga yang melebihi biaya yang ia keluarkan atau  minimal sama dengan biaya yang ia keluarkan (minimal pada titik BEP). Baru kemudian apabila produknya sudah dikenal masyarakat/ pasar, dia dapat menaikkan harganya lagi untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Daftar pustaka :
Hansen, D.R. and Mowen, M.M. 2007. Management Accounting.8th edition, Cincinati : South-Western College Publishing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar